Jumat, 31 Juli 2009

Komunitas Foto Unik


Komunitas pecinta kamera unik dan antik yang tergabung dalam Lomonesia belakangan semakin eksis. Komunitas ini mempunyai homebase dibilangan Mayestik Jakarta Selatan dan memiliki 900 anggota aktif pecinta ‘jepret menjepret’ momen.


Awalnya pengambilan nama Lomo berasal dari merek (brand) kamera militer Rusia yang ada pada dekade 80-an. Kameranya sendiri memiliki nama dan kode Lomo LC-A dan kemudian tahun 90-an 2 mahasiswa asal Austria kembali mengangkat pamor kamera ‘jadul’ ini dengan mendeklarasikan komunitas bernama Lomography. Kisaran tahun 2001 lalu. Adalah Tommy Hartanto dan Grace menjadi penggagas komunitas ini di Indonesia. Pada 5 Agustus 2004, kedua orang ini merealisasikan komunitas Lomo dibarengi dengan pembuatan milis lomonesia@yahoogroups.com.
Setelah itu, dipilihlah nama Lomography Society Indonesia (komunitas pecinta lomogrfai Indonesia). Satria Ramadhan (Project Manager Lomonesia) bersama Anwar Syarifudin ditunjuk sebagai ketua komunitas lomonesia Indonesia. “Kebetulan gue baru diangkat sebagai Project Manager Lomonesia. Sebelumnya gue ngurusin event-nya Lomonesia. Disini gue bisa dibilang sebagai ketuanya bersama Anwar Syarifudin,” terangnya ditemui di bilangan Mayestik, Jakarta Selatan belum lama ini.
Untuk background anggota, Satria mengaku member berasal dari semua kalangan. Bukan hanya pekerja dan anak kuliahan, pelajar SMA dan SMP juga berbaur. Yang jelas menurut Satria, kecintaan akan kamera ini yang membuat enggak ada jarak diantara anggota komunitas ini. Selain itu, setiap anggota enggak bisa menggunakan kata Lomo sembarangan. Hal ini karena memang, komunitas Lomo di Indonesia sudah diakui secara sah oleh Lomography pusat di Vienna. ”Untuk anggota kita enggak membatasi dari mana mereka. Yang jelas kita disini berkumpul dalam satu wadah penggemar kamera Lomo. Apalagi komunitas kita sudah diakui keberadaannya oleh Lomography pusat di Vienna,” imbuhnya.
Komunitas Lomo Indonesia mengenal 13 jenis kamera yang tersebar. Nama kameranya juga unik sesuai dengan bentuknya yakni Holga, Diana, Fisheye, Actionsampler,Supersampler, Oktomat, Horizon, Pop 9, Frog-eye, Smena 8, Colorsplash, Lubitel serta lca. Karakter tiap kamera juga berbeda-beda sesuai jenis dan ukuran seperti Actionsampler, Supersampler, Oktomat, Pop 9, pada kamera lomo yang berlensa Majemuk. Holga, Diana, Lubitel untuk kamera medium format yang hasil fotonya ada Vignettenya. Colorsplash pada kamera yang mengandalkan warna Flash-nya. Sementara Frog-eye untuk kamera Underwater dan Fisheye pada kamera berlensa wide 170 derajat.
Komunitas Lomo Indonesia juga sering mengadakan event seperti Lomo Gigs (gabungan konsep musik dengan hasil karya Lomo), Lomo’isme (pameran karya lomografer Indonsesia). Tujuan digelarnya event ini adalah untuk memasyarakatkan Lomo dan me-Lomo-kan masyarakat. Satria berharap agar komunitasnya ini bisa go International dengan membuat pameran karya lomografer Indonesia ke luar negeri. Sementara agenda kedepan akan digelar MUNAS Lomonesia. Buat Motobikers, yang tertarik dengan dunia fotografi, sah-sah saja jika mencoba kamera Lomo. Selain hasilnya yang unik kenikmatan bisa tercipta sewaktu menekan shutter Lomo. Apalagi jika dipakai ketika foto-foto pada saat touring.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar