Senin, 15 Juni 2009

STUTS (Scooter untuk Semua): Biar Kecil Tapi Banyak Aksinya


Minggu lalu saya melintas di jl. Daan Mogot – Jakarta Barat. Biasanya yang saya temui adalah komunitas bikers. Tapi ada yang beda kali ini. Saya akhirnya berkenalan dengan komunitas yang satu ini. Komunitas ini menamakan STUTS alias Scooter Untuk Semua. Hmm, siapa saja sih mereka ini?

STUTS adalah komunitas anak-anak scooterist yang anggotanya terdiri dari pelajar dan mahasiswa. Komunitas ini lahir di Jakarta tahun 2007 silam, STUTS merupakan komunitas bikers independen. Mereka tidak mengenal susunan kepengurusan, karena STUTS terbentuk dari pertemanan sesama pelajar dan mahasiswa yang sama-sama suka nongkrong bareng. “Kami memang sengaja tidak membentuk susunan kepengurusan. Soalnya ribet banget sih. Disini siapa saja bisa jadi ketua,” ujar Ami salah satu scooterist yang juga seorang pelajar SMU di bilangan Cengkareng, Jakarta Barat.
Walau masih berstatus pelajar dan mahasiswa, untuk urusan sosial jangan pernah ragukan. STUTS tercatat beberapa kali memberikan donasi saat saudara kita tertimpa musibah. Sebut saja saat jebolnya tanggul Situ Gintung beberapa waktu lalu. Kemudian kebakaran di daerah Tambora, Jakarta Barat.
Hingga kini, anggota STUTS tercatat berjumlah 25 orang. Walaupun anggotanya hanya sedikit, tapi setiap bulan rajin melakukan touring. Lampung, Tasik Malaya, Pelabuhan Ratu, Bandung, hingga Purwakarta pernah mereka sambangi.
Kesan pelajar dan mahasiswa yang belakangan ini identik dengan bolos dan ‘ngeceng’ di mall seketika sirna ketika saya ngobrol-ngobrol dengan awak STUTS. Anggotanya nampak ramah dan kesan kekeluargaan selalu mereka ciptakan saat bertemu dengan siapapun.
Namun tak jarang mereka juga kerap dilecehkan dan diabaikan karena predikat negatif yang kadung melekat. Untuk mengikis kesan itu, mereka selalu berusaha saling menolong dan membantu scooterist dan bikers lain yang sedang kesusahan. Dan puncaknya tentu saja dengan mengadakan bakti sosial.
STUTS merupakan gabungan dari pelajar I Cengkareng, Al Kamal (Kedoya – Jakarta Barat) dan mahasiswa STT PLN (Cengkareng – Jakarta Barat). Walau berbeda jenjang pendidikan namun jangan pernah ragukan soal kekompakan, solidaritas dan rasa persaudaraan. “Mungkin itu kali yang membuat STUTS tetap eksis. Walau beda sekolah namun kami enggak pernah salah paham atau bentrok karena masalah jenjang pendidikan. Didalam komunitas ini, kami sudah seperti saudara sendiri,” lanjutnya yang ditemui bersama komunitas STUTS di bilangan Kembangan, Jakarta Barat.
Untuk mempermudah pertemuan antar anggota, areal mall Daan Mogot Baru dijadikan home base STUTS. Jadwal kumpul setiap Sabtu malam pukul 21.00 dan diakhiri pukul 00.00 dengan melakukan konvoi disekeliling mall sebelum membubarkan diri. Sesekali anggotanya melakukan urunan atau ‘kolekan’ uang untuk membantu teman atau sedang ada musibah. Kecil tapi begitu berarti untuk orang yang sedang kesusahan apalagi niat tulus demi solidaritas sesama manusia. Itulah anak-anak STUTS yang peduli sesama. “Memang enggak banyak sih, tapi yang penting niatnya. Walau cuma pelajar namun kita berusaha untuk membantu meringankan beban penderitaan korban yang juga saudara kita itu,” begitu pungkas Ami.

Nama Komunitas: STUTS (Scooter Untuk Semua)
Berdiri: 1 Januari 2007
Anggota: 25 orang ( Pelajar SMUN I Cengkareng dan Al Kamal serta STT PLN-perguruan tinggi)
Alamat: Jalan Daan Mogot KM 14 (Mall Daan Mogot Baru)
Touring: Lampung, Pangandaran, Tasikmalaya, Pelabuhan Ratu, Bandung, Purwakarta
Baksos: Situ Gintung, kebakaran Tambora (Jakbar), Tsunami (Aceh), Banjir 2008.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar